ANALISIS NOVEL
PETMUAN DUA HATI
Disusun untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah
Apresiasi Prosa
Dosen Pengampu
Dra.Nas Haryati
Setyaningsih,M.Pd.
Oleh:
Yuni Permata Sari
2101412022
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua Hati .
Adapunn tujuan pembuatan
makalah ini sebagai pelengkap tugas akhir semester. Makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua
Hati ,berisi sinopsis beserta analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik, dengan
harapan agar saat membaca, maka pembaca dapat mengatahui secara jelas isi dari
novel beserta analisisnya,
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka,bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik maka akan penulis terima dengan senang
hati, sehingga penulis dapat
memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Akhirnya penulis
mengharapkan semoga dari makalah Pertemuan Dua Hati ini,dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca
Semarang, Juni 2013
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
PRAKATA............................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI........................................................................................... … iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................... .
1
1.1
Alasan Menganalisis Novel Ketika Cinta Bertasbih .......................
1
1.2 Ulasan Novel
Ketika Cinta Bertasbih ................................... 1
BAB III
ANALISIS NOVEL..............................................................
3.1 Unsur Intrinsik................................................................
2
3.3 Analisis Unsur Ekstrinsik.................................................. 13
BAB IV
PENUTUP............................................................................ 20
4.1 Simpulan.........................................................................
20
4.2 Saran
............................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................... 22
LAMPIRAN………..............................................................................
23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam membaca sestiap orang memiliki kemamapuan sendiri-sendiri untuk
memahami setiap materi yang di pelajari, apalagi dalam membaca novel banyak
orang yang membaca novel kemudian merasa bingung untuk menentukan dan menganalisis
novel yang telah di baca, maka dari itu dengan adanya makalah ini maka di
harapkan pembaca memilki gambaran bagaiman cara yang benar untuk memahami dan
menganalisis novel. apalagi untuk menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik
dalam sebuah novel.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas adapun rumusan masalah makalah Apresiasi Prosa sebagai
berikut :
1. Apa saja unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Pertemuan Dua Hati ?
2. Apa saja unsur ekstrinsik dalam novel Pertemuan Dua
Hati ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
UNSUR INTRINSIK
1.
Sudut
Pandang
Sudut
pandang yang di pakai dalam novel
Pertemuan Dua Hati adalah sedut pandang pertama pelaku utama,
Tuhan
memberikan percobaan dua sekaligus kepadaku.penyakit anakku dan murid sukar.
Hal itu kurenungkan baik-baik. Beban berat yang bersamaan datangnya barangkali
mengandung maksud tertentu. (pertemuan
dua hati 2009: 74)
Kutipan
diatas, menunujukan bahwa tokoh Aku , mengalami banyak masalah dan dalam setiap
masalah itu ia harus membagi pikiran antara murid dan anaknya sendiri, tokoh
Aku merasa bingung kemudian ia memutuskan untuk menyatukan dua pikiran yang
terpisah menjadi satu.
2.
Alur
Alur
yang terdapat dalam novel ‘pertemuan dua hati’ karya N.H Dini yakni alur maju
Karena
dalam novel tersebut diceritakan tentang masalah yang selalu menghampiri hidup
tokoh dan disni ia dituntut untuk mampu memecahkan dan menyelesaikan masalahnya
hingga akhir.
a.
Perkenalan
Tahap
pertama dari sebuah alur yaitu perkenalan.
Dalam
novel ini,Bu suci memulai cerita dengan memilih prifesi sebagai guru, hal ini
tedapat dalam kutipan sebagai berikut,
Bapak
mengantarkan aku ke semarang untuk mendaftarkan diri ke sekolah pendidikan
guru,lalu kesempatan liburan aku gunakan untuk menengok keluarga di purwodadi.
Sesudah
bertahun-tahun mengajar aku tidak menyesal telah menuruti nasehat orang
tuaku,aku merasa senang dengan pekerjaanku,
(pertemuan dua hati, 2009: 10)
Dari
kutipan diatas, bu suci memulai hidupnya dengan mengabdi sebagai guru,ia
belajar di kota Semarang dan sesekali ia pulang sebagai obat rindi kepada
keluarga dan kampong halamn.
b.
Konflik
Adapun
konflik dari cerita, di mulai saat tokoh Bu Suci yang telah mulai menjalani
profesi sebagai guru, ia di hadapkan pada pilihan untuk hijrah dari desanya
yaitu purwodadi menuju ke Semarang, hal ini dapat di pahami dari kutipan
sebagai berikut.
Aku turtr
gembira dengan kenaikan pangkat suamiku,aku dan anak-anakku harus meninggalkan
purwodadi dan tempat kerjaku selama ini,
Kantor
di kota memerlukan suamiku sebagai ahli mesin dan pengawas bengkel, dia harus
mengawasi kelancara jalanya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel.
ini sangat penting bagi dirinyal (pertemuan
dua hati, 2009: 12)
Berdasarkan
kutipan di atas, kerena suaminya pindah bekerja maka mereka semua memutuskan
untuk pindah di tempat kerja baru suaminya yaitu Semarang
c.
Klimaks
Pada
tahap ini bu suci di hadapkan pada sekolah baru, dimana ia masih belum mengenal
secara detail kondisi para muridnya,namun disisi lain ia juga dihadapkan pada
masalah keluarga dengan munculnya penyakit aneh yang barada pada tubuh anak
keduanya. hal ini di buktikan pada kutipan sebagai berikut.
Hari ke empat
pelajaran pertama , anak didikku yang bernama waksito belum juga masuk, ku
Tanya pada seisi kelas, tak satupun menjawab se olah-olah ada sesuatau yang
menggajal dalam hati mereka. Saat ku ulangi ucapanku semua anak baru mau
berbicar, dan yang membuatku aneh tak ada satupun anak yang mau menengok,
justru mereka lebih memilih waksito tidak masuk atwaksitau bahkan ia lebih baik
pindah saja.
Sampai
di rumah aku mencoba menghilangkan nama dan masalah tentang waksito.petang itu
suamiku menyampaikan sampul perusahaan, isinya lembaran-lembaran kertas hasil
pemeriksaan kesehatan kami sekeluarga,sepintas tak ada yang aneh dengan
kesehatan kami, namun tercantum nama dokter lain, dengan tulisan ahli syaraf
yang ditujukan pada anak kedua ku.(pertemuan
dua hati, 2009 : 45)
Berdasarkan
kutipan tersebut, bu suci merasa heran dengan semua sikap muridnya kepada
waksito, ia terus memikirkan masalah ini hingga ia sampaii di rumah,
Se
sampainya di rumah, ia dan suaminya terkejut melihat hasil kesehatan,, tertulis
perintah dari dokter ahli syaraf untuk anak keduaku yang harus segera dibawa ke
neurology secepat mungkin.
d.
Anti
Klimaks
Dalam
tahap anti klimaks, bu Suci menemui masalah terhadap muridnya yang selalu
membuat ulah dan keributan di kelas, ditambah lagi ia harus menghadapi
kenyataan bahwa anaknya terkena penyakit yang sangat kronis. Bukti kutipan
sebagai berikut.
Meskipun
dia yang berbuat kesalahan,tetapi ia masih terkekang oleh kebiasanya
pemarah.dia tidak akan meminta maaf ,kalau betul itu salahnya salahnya.( pertemuan dua hati 2009 : 82)
Orang
tua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagai manapun
juga bisa dikatakan jarang. anggapan sekeliling yang rebdah terhadap penderita
beberapa jenis penyaki tsemakin membikin hati kami kecil hati. (pertemuan dua hati, 2009 :49 )
Dari
pernyataan tersebut, tokoh mengalami kondisi yang sangat kacau, dimana tokoh bu
suci menghadapi kenyataan tentang keluarganya, namun disisi lain ia juga masih
memikirkan kondisi muridnya yaitu Waksito.
e.
Penyelesaian
Setelah
berbulan-bulan ia mencoba meluluhkan hati waksito akhirnya sikap sang anak
menjadi lebih baik, dan santun. Kemudian dengan pengawasan yang ekstra pada
anak keduanya, akhirnya kondisi anak Bu Suci semakin membaik. Hal ini di
tercantum dalam kutipan sebagai beriktu.
Rapot
berikutnya, berisis angka-angka normal,ia kini meraih penghargaan sebagai murid
biasa. Akhir tahun pelajaran . Bu De nya datang kesekolahdia berterima kasih
kepada kepala sekolah,para guru dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku
gembira dapat menolong waksito. (pertemuan
dua hati, 2009 : 85)
Ketabahan
itu berkat kelegaan pertama karena telah selesainya seruntutan test bagi
anakku,kami tinggal menuruti nasehat dokter ahli syaraf sambil meneruskan
perawatan melalui obat-obatan.tidak berhentinya aku bersyukur, ke hadirat
illahi karena kemudahan-kemudahan yang kami terima selama itu.(pertemuaan dua hati,2009 : 58)
Dari
kutipan diatas, maka kita ketahui bahwa bagaimana kuatnya hati bu Suci dalam
menghadapi dan menyikapi setiap masalah
dalam hidupnya, dengan segala usahanya itu maka segala masalah akhirnya dapat
terselesaikan satu persatu.
3.
Latar
Dalam
latar novel pertemuan dua hati, terdapat tiga latar yaitu tempat, waktu dan suasana.
adapun latar-latar tersebut akan di paparkan secara lebih jelas dalam bebrapa
pembagian sebagai berikut.
a.
Latar
Tempat
Novel
pertemuan dua hati mempunyai dua latar tempat, yang pertama di tempat asal
tokoh utama yaitu bu Suci, dan latar tempat yang kedua dimana latar ini menjadi
tempat utama terjadinya berbagai permasalahan yang selalu membayangi hidup sang
tokoh utama yaitu tokoh bu Suci. Adapun latar tempatnya adalah sebagai berikut.
1.
Purwodadi
Purwodadi
merupakan tempat dimana bu Suci menjalani keseharian dan aktivasnya semasa ia
masih kecil.hal ini di buktikan pada kutipan di bawah ini.
Lalu pada kesempatan liburan, aku pulang
berlibur,melewati jalan atau
tempat tertentu, seringkali hatiku terasa
terharu.kenangan terhadap kejaduan-
kejadian
yang pernah ku alami di sana muncul di kepalaku.( pertemuan dua hati, 2009 :10)
Dari
kutipan di atas, maka jelas tergambar bahwa saat ibu Suci datang ke
Purwodadi,memori masa lalunya muncul kembali.
2.
Semarang
Dalam
cerita ini , semarang merupakan tempat baru bu suci bersama keluarga dan
menjalani aktivitasnya sebagai guru.
Aku berusaha sedapat mungkin memisahkan pekerjaan dari
kehidupan keluarga. Aku mempunyai peraturan yang hampir selalu dapat ku patuhi,
yaitu tidak membicarakan apa pun perihal murid dan pekerjaan yang sedang ku
hadapi kepada keluargaku. (pertemuan dua
hati,2009 :48)
Dari kutipan tersebut, maka dapat kita ketahui
bahwa kota semarang merupakan aktivitas keluarga bu suci pada masa itu.
b.
Latar
Waktu
Latar
waktu novel pertemuan dua hati.
Cerita
pertemuan dua hati merupakan sebuah novel yang di terbitkan antara tahun
1980-an,maka maka kejadian waktu yang di ceitakan berkisar
antara tahun 1970-an. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan sebagai
berikut.
Sejak
tahun 1975,ternyata pelaksanaan kurikulum baru dimulai pada tahun 1976. Kepala
sekolah menunjukan programnya kepadaku. (pertemuan dua hati,2099 :19)
Dari
kutipan di atas, menunjukan rencana kepala sekolah tentang perubahan kurikulum
yang seharusnya dilaksanakan pada tahun lalu, namun dilaksanakan baru tahun
ini, tepatnya pada tahun 1976.
c.
Latar
Suasana
Beberapa
suasana yang terjadi dalam cerita ada banyak sekali,namun tempat yang paling
mempengaruhi cerita ini terbagi menjadi beberapa suasana sadapun pembagian
suasananya sebagai berikut.
1.
Menyedihkan
Bukti kutipan
Dari pola EEG itulah dokter mengetahui dan memastikan
bahwa anakku menderita penyakit sawann atau ayan.
Orang tua mana yang tak terkejut mendengar anaknya
mengidap penyakit yang bagaimanapunjuga dapat di katakana jarang.(pertemuan dua
hati, 2009 : 48)
Dari
bukti kutipan tersebut, tokoh bu Suci sangat terpukul dan terkejut , mendengar
bahwa anaknya harus menderita penyakit yang sangat tidak diharapkan. Maka dapat
kita ketahui bahwa saat itu suasana hati bu Suci sangat sedih dan syok.
2.
Menegangkan
Bukti
kutipan :
Aku
berjalan menuju ke kelas,wahyudi mencegatku.
“Waksito
bu”. Hanaya itulah pembeitahuanya.
Apalagi
ini!, jantuungku berdebar keras,sambil mempercepat langkah aku bertanya :
“mengamuk
lagi dia”.( pertemuan dua hati,2009:80)
Dari
kutipan diatas, maka jelas terlihat bagaimana gambaran perasaan bu Suci saat
mengetahui waksito berbuat ulah kembali.
4.
Tema
Tema
dalam novel pertemuan dua hati, yaitu menceritakan tentang penyatuan hati
dan masalah yang sangat berlainan
menjadi satu titik. Bukti kutipan,
tuhan
memberikan dua percobaan sekaligus kepadaku, penyakit anakku dan murid sukar, beban
berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu.akhirnya
aku mengambil kesimpulan bahwa mungkin keduanya ada hubungan.( pertemuan dua hati,2009:46)
Dari
kutipan itu, maka dapat di simpulkan bahwa inti dari cerita yaitu tentang
mempersatukan masalah dari segi yang berbeda, kemudian di kaitkan satu sama
lain. Sehingga menyatukan masalah pada satu titik.
5.
Tokoh
dan Penokohan
a.
orang
tua ibui Suci
baik
bukti kutipan
ibu dan
ayahku membujukku untuk memilih bersekolah sebagai guru,
kemudian
ayahku mengantarkan ku ke semarang untuk
mendaftarkan diri di sekolah pendidikan guru.walaupunaku berke
beratan,
tapi kini akau tidak menyesal mengambil karir sebagai guru.( pertemuan dua hati,2009 : 2)
Dari
kutipan diatas tergambar bahwa orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk
anaknya, dan Bu Suci pun ternyata mulai menerima keputusan orang tuanya.
b.
Ibu
Suci
1.
Tidak
mudah menyerah
Bukti
kutipan :
Meskipun kemampuan otakku
memadai, namun bapak
tidak menyanggupi untuk membiayai,
adiku tiga orang dan kuputuskan utntuk bekerja, guna menambah pemasukan uang.( pertemuan dua hati,2009: 2)
Dari
kutipann tersebut maka dapat diketahui kondisi perekonomain keluarga bu suci,
mengetahui masalah itu, ia kemidian memutuskan untuk bekerja. Agar bisa
melajutkan bersekolah dan tidak menggaunkan hidupnya pda orang tua.
2.
Sabar
Bukti
kutipan :
Beberapa
kali ku tanaya pada muridku, namun tetap tidak ada jawaban
Aku
berusaha bersikap sebiasa mungkin, tanpa mendesak, tanpa memperlihatkan
keherananku,(pertemuan dua hati, 2009
:26)
Dari
kutipan tersebut, maka bisa terlihat bahwa bu Syci tidak ingin mndesak para
muridnya, untuk membirkan informasi, ia memlih untuk bersabar dan mengganti
cara lain, agar semua pertanyaan di fikiranya data terjawab.
c.
Suami
ibu Suci
Bertanggung
jawab
Bukti
kutipan
Ini
sanagt penting bagi dirinya, dia harus
mengawasi kelancaran jalanya semua anggutan kendaraan yang keluar dari bengkel. (pertemuan dua hati, 2009: 12)
Dari
kutipan tersebut tokoh dengan sigap menerima perpindahan tugas oleh atasanya.
d.
Anak
kedua ibu Suci
Menurut
kepada oran tua
Bukti
kutipan:
Sejelas
dan sesederhana mungkin, kuterangkan pada anakku untuk pap pemeriksaan itu di
lakukan.Biasanya dia termasuk anak yang cukup mematuhi ajaran kami.(pertemuan dua hati , 2009 : 48)
Dari
kutipan diatas maka kita ketahui nahwa anak bu suci, jarang membangkang, namun
lebih sering mendengarkan dan menuruti ucapan orang tuanya.
e.
Dokter
ahli saraf
Bijkasana
Bukti
kutipan :
Doter
ahli syaraf yang simpatik mau meluangkan waktu berbicara kepada kami berdua.
Secara singkat ia menerangkan garis besar apa sesungguhnya penyakit itu.
Barulah aku mengerti bahwa sesungguhnya yang diderita anakku bukanlah penyakit
turunan.(pertemuan dua hati, 2009 : 49)
Berdasarkan
kutipan tersebut,agar keluarga tidak salah paham ia dengan senang hati ia menjelaskan kepada
pihak keluarga.
f.
Marno
Jujur
Bukti
kutipan :
Pertanyaan
itupun tidak terjawab.seisi kelas menghindari pandanganku.
Marno?,
ciba,tolonglah bu Suci! Beri tahu kenapa kamu tidak mau menengok waksito “
Lemudian
terdengar jawaban marno, suaranya rendah tetapi jelas.
“takut bu’(pertemuan dua hati, 2009 : 27)
Dalam
ketakutan , ia mencoba menjawab pertanyaan bu Suci sesuai dengan apa yang ia
rasakan.
g.
Waksito
1.Jahil
Bukti
kutipan:
Di
tengah-tengah waktu pelajaran,terdengar suara benda kecil sebentuk kelereng
jatuh. Itlah waksito mengganggu teman-temanya dengan melempari kapur. Setelah
berkali-kali , seorang murid perempuan berani kmengatakan keluhan.
“ah,
Waksito ! kenapa siah kamu! “ (pertemuan
dua hati, 2009: 56)
Dari
kutipaan tersebut , tokoh Waksito memang sangat senang mengganggu temanya,.
2.Mudah emosi
Bukti
kutipan
Dalam
Tanya jawab yang ku paksakan itu dia mengaku bahwa dia mrah Karena
kawan-kawanya mengjek tanaman miliknya yang kurag subur, kalah dari tunas-tunas
lain. (pertemuan dua hati, 2009: 83)
Bukti
kutipan itu menjelaskan tentang salah satu sifat Waksito yaiutu mudah marah,
karena setiap kali ada teman yang mengejeknya ia langsung melampiaskan
kemarahan itu tanpa mengoreksi diri terlebih dahulu.
h.
Nenek
Waksito
Baik
Bukti
kkutipan:
Kala
itu sang nenek tidak kuasa lagi menahan cucuran air matanya,seolah terdengar
kata hatikuwanita tua itu bersuara lagi. (pertemuan
dua hati,2009:43)
Dari
penjelasan diatas sang nenek sedang merasa sangat ba dengan semua peristiwa
yang dialami cucuknya, ia menangis seolah-olah merasakan dirinya diposisi sang
cucu.
i.
Kakek
Waksito
Ramah
Bukti
kutipan:
Aku
bertemu dengan sepasang suami-istri yang sebaya dengan orang tuaku, si suami
hanya sebentar menyalamiku,
Meskipun
hanya sebntar aku berbicara pada dokter berumur itu.aku segera mengetahui bahwa
dia pendiam.meskipun ramah dan dermawan. (pertemuan
dua hati, 2009 :36)
Dari
kutipan tersebut terlihat watak kakek yang kurang banyak berbicara, hanya
bersalaman dan berbicara sedikit sang kakek menghentikan pembicaraan.
j.
Ayah
Waksito
Kurang
perhatian terhadap anak
Bukti
kutipan:
“Dia
cerdeas, pandai tetapi kaku dan sukar bergaul, oleh karena itu setelah itu
setelah kawin lalau memponyai anak, menjadi
bapak yang kaku pula”. Kata sang nenek (peretemuan dua hati, 2009: 38)
Watak
ayah waksito memang kurang bergaul dengan anak, maka tumbuhlah sifat waksito
yang menjadi bandel dan pembangkang, karena sang anak kurang bimbingan dan
kasih saying.
k.
Ibu
Waksito
kurang
pengertian terhadap anak
bukti
kutipan:
kalau
anak rewel, dia mau menggendong mau member makan atau barang permaianan. Tetapi
permaianan itu di berikan begitu saja!, tidak di tuujukan bagaimana caranya
supaya benda itu menarik bagi si anak.(pertemuan
dua hati, 2009 : 36)
dari
bukti diatas, watak ibu Waksito memang kurang bijaksana dan kurang pintar dalam
mendidik anak, [adahal peran sang ibulah sang seharusnya memberikan pengawasan
dan bimbingan terhadap anak.
6.
Amanat
Amanat
dalam novel pertemuan dua hati, yakni bahwa jika kita menghadapi masalah yang
seberat apapun. Tetaplah bersabar dan terus semanagat untuk menuntaskan segala
masalah yang harus di hadapi sampai akhir.
Seperti yang terdapat dalam tokoh bu Suci yang
selalu bersabar dan terus mencari solusi untuk mendapatkan jalan keluar agar
setiap permasalah yang datang dalam hidupnya dapat dipecahkan.dengan tuntas,
hingga akhirnya ia menemukan satu titik untuk menyelesaiakn jalan keluarnya.Dan
ras bahagianya karena Allah telah memudahkan segala permasalahan dalam
hidupnya.
2.2
UNSUR EKSTRINSIK
Selain
unsur intrinsik ada pula unsure ekstrinsik yang terdapat dalam novel pertemuan
dua hati, adapun unsur ekstrinsiknya sebagai berikut.
1.
Nilai
social
Bu
Suci memang guru yang sangat mencintai perdamaian dan kerukuan, dalam
mengajarpun ia mencoba mengatur muridnya untuk mau saling terbuka dengan teman
1 kelas, ia berusaha menyatukan murid seperti membuat tugas berkelompok,dan
juga ia melakukan perpindahan tempat duduk para muridnya agar mereka bisa menjadi
manusia yang berkepribadian. Bukti kutipan sebagai berikut.
Aku
mempunyai cara supaya murid tidak saling menggantungkan diri pada tetangga
sebelahnya,sekali-kali tanpa pemberitahuan aku menyuruh mereka mengganti
bangku, kalau terlalu lama berdampingan anak itu akan menjadi bayangan teman
sebangkunya. Aku ingin kelak mempunyai murid yang kelak menjadi manusia yang
berdiri sendiri. (pertemuan dua hati, 2009
: 54)
2.
Nilai
Psikologis
Psikoligis
merupakan nilai yang berhubungan dengan jiwa atau hati seseorang, dalam cerita
ini Waksito mempunyai psikolog yang sangat labil dan mudah beralih sikap dengan
sangat drastic, sampai Bu Suci selalu merasa resah jika suatu saat nanti sikap
waksito membuat dirinya merasa gagal dalm mendidik murid. Buktii kutipan.
Pandanganku terpancar ke pinu,tiba-tiba kulihat wksito
masuk, menujunketempatku.tanpa berkata sesuatu apapundia meletakan timbunan
buku tugas di depanku, aku terpesona, aku heran bercampur bingung.(pertemuan dua hati, 2009: 55)
Aku memutuskan seolah-olah berhadapan dengan remaja
betul-betul. Murid seperti dia tidak suka di pandang sebagai anak kecil lagi. (pertemuan dua hati, 2009:56)
3.
Nilai
Moral
Nilai
social yang terdapat dapat kita jadikan pelajaran adalah jangan mudah marah dalam
mengahadapi setiap masalah. Sikap ini terdapat dalam watak tokoh waksito yang
selalu menganggap orang lain itu selalu membuatnya kesal dan hingga akhirnya ia
menjadi anak yang suka melawan dan membangkan., untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat dalam kutipan berikut.
“Apakah
kau menyadari telah melakukan pembunuhan?“ langsung aku menyerangnya.
Waksito
membelalakan matanya. Wajahnya cemberut. Bibirnya hendak bergerak mengatakan
sesuatu,tetapi tidak ada suara yang keluar. Pastilah dia ingin membantah.(pertemuan dua hati, 2009 :82 )
4.
Biografi
Pengarang
Sejarah Hidup NH Dini
NH Dini
dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima
bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh
larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya
muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".
NH Dini
mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh
dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia
sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah
pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya
dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara
Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam
membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Sekalipun
sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan
ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah
bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian
mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon
masinis kereta api.
Kalau pada
akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan
kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya,
biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam
kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Dini
ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup
tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya
menulis fiksi semakin
terasah di
sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan
sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan
membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia
rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di [[RRI]Semarang dalam acara
Tunas Mekar.
Karier NH
Dini
Peraih
penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah
telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku
hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman
pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia
digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu,
Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
Beberapa
karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini
yang terkenal, di antaranya Pada
Sebuah Kapal (1972), La
Barka (1975)
atau Namaku
Hiroko (1977),Orang-orang
Tran (1983), Pertemuan
Dua Hati (1986), Hati
yang Damai (1998),
belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau
cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang
terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat
orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan
khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam
karyanya yang terbaru berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah
tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya. Ia seorang
pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar Putu Wijaya; 'kebawelan yang panjang.'
Hingga
kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya
itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang
dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan
dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi
terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi.
Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan
sebagai karya sastra.
Bukti
keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan
sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan
cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya,
Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia
menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi
redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara
di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia
memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA
Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik
Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.
Pada 1956,
sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran,
Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua
Dunia. Sejumlah
bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit
dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku
Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen
dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit
sekalipun, ia terus berkarya.
Dini
dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun menurutnya teknik bukan
tujuan melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila
kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat
ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan
teknik konvensional.
Ia
mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil
contoh bukunya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, prosesnya hampir sepuluh tahun
sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling
mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik,
gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik,
sebelum tidur ia tulis tulis dulu di blocknote dengan tulis tangan.
Pengarang
yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah
dan menganalisa. la merangkai sebuah naskah yang sedang dikerjakannya.
Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu disimpannya pada sejumlah map untuk
kemudian ditulisnya bila sudah terangkai cerita.
Dini
dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia
dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (kini 42 tahun) dan Pierre Louis
Padang (kini 36 tahun). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak
bungsunya menetap di Prancis.
Sebagai
konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana
suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah
ke Pnom
Penh, Kamboja. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini
melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat
sebagai anggota Les Amis dela Natura (Green
Peace). Dia
turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya
kapal tanker di pantai utara Perancis.
Setahun
kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di Manila, Filipina. Pada 1976, ia pindah ke Detroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal
Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan
kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.
Mantan
suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke Kanada ketika akan mengawinkan
Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani
mengambil keputusan cerai. Padahal waktu itu semua orang menyalahkannya karena
dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak
memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar
AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu,
Semarang.
Dini yang
pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH Emil Salim menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra
hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat
Perancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat
ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia
terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding,
karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara patologi memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia
dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu
keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain,
sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya
hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.
Mengisi
kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai
penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok
bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan
bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan
tema transmigrasi.
Menjadi
pengarang selama hampir 60 tahun tidaklah mudah. Baru dua tahun terakhir ini,
ia menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari.
Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh
teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.
Tahun
1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau
pemiliknya pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan
giwang emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang inilah
yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.
Dini
kemudian sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Biaya
pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu
di empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya lain-lain
memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta. Dewan Kesenian Jawa
Tengah, mengorganisasi dompet kesehatan Nh Dini. Hatinya semakin tersentuh
ketika mengetahui ada guru-guru SD yang ikut menyumbang, baik
sebesar 10 ribu, atau 25 ribu. Setelah ia sembuh, Dini, mengirimi mereka surat
satu per satu. Ia sadar bahwa banyak orang yang peduli kepadanya.
Sejak 16 Desember 2003, ia kemudian menetap
di Sleman, Yogyakarta. Ia yang semula menetap di Semarang, kini tinggal di
kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Kanjeng
Ratu Hemas,
istri Sultan Hamengku Buwono X yang mendengar kepindahannya,
menyarankan Dini membawa serta perpustakaannya. Padahal empat ribu buku dari
tujuh ribu buku perpustakaannya, sudah ia hibahkan ke Rotary Club Semarang.
Alhasil,
Dini di Yogya tetap menekuni kegiatan yang sama ia tekuni di Semarang, membuka
taman bacaan. Kepeduliannya, mengundang anak-anak di lingkungan untuk menyukai
bacaan beragam bertema tanah air, dunia luar, dan fiksi. Ia ingin anak-anak di
lingkungannya membaca sebanyak-banyaknya buku-buku dongeng, cerita rakyat,
tokoh nasional, geografi atau lingkungan Indonesia, cerita rekaan dan
petualangan, cerita tentang tokoh internasional, serta pengetahuan umum. Semua
buku ia seleksi dengan hati-hati. Jadi, Pondok Baca Nh Dini yang lahir di Pondok
Sekayu, Semarang
pada 1986 itu, sekarang diteruskan di aula Graha Wredha Mulya. Ia senantiasa
berpesan agar anak-anak muda sekarang banyak membaca dan tidak hanya keluyuran.
Ia juga sangat senang kalau ada pemuda yang mau jadi pengarang, tidak hanya
jadi dokter atau pedagang. Lebih baik lagi jika menjadi pengarang namun
mempunyai pekerjaan lain.
Dalam
kondisinya sekarang, ia tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidupnya. Ia
merasa beruntung karena dibesarkan oleh orang tua yang menanamkan
prinsip-prinsip hidup yang senantiasa menjaga harga diri. Mungkin karena itu
pulalah NH Dini tidak mudah menerima tawaran-tawaran yang mempunyai nilai
manipulasi dan dapat mengorbankan harga diri.
Ia juga
pernah ditawari bekerja tetap pada sebuah majalah dengan gaji perbulan. Akan
tetapi dia memilih menjadi pengarang yang tidak terikat pada salah satu lembaga
penerbitan. Bagi Dini, kesempatan untuk bekerja di media atau perusahaan
penerbitan sebenarnya terbuka lebar. Namun seperti yang dikatakannya, ia takut
kalau-kalau kreativitasnya malah berkurang. Untuk itulah ia berjuang sendiri
dengan cara yang diyakininya; tetap mempertahankan kemampuan kreatifnya.
Menyinggung
soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia
menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang
pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan
kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya
NH Dini sekarang tinggal di Panti
Wredha Langen Wedharsih, Ungaran
5.
Penilaian
Novel dua hati mempunyai
pelajaran yang sangat berharga untuk kita,apalagi jika kita senang hidup
bermasyarakat dan suka bersosialisasi, ternyata setiap perilaku seseorang baik
maupun buruh pasti mereka mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka bisa
memiliki sikap seperti itu perilaku ini tergambar dalam tokoh-tokoh yang ada
dalam novel ,dan masih banyak lagi pesan yang akan di dapatkan jka kita mampu
untuk memahami isi novel ini.
6.
tanggapan
novel
NH Dini yang berjudul pertemuan dua hati mempunyai karakter tokoh dan
perwatakan yang menonjol serta mempunya peran fungsi yang saling mempengaruhi
dan berkaitan antara tokoh, sehingga cerita ini mampu membuat para pembaca
merasa bahwa para tokoh yang ada dalam novel ini sangat mempengerahui satu sana
lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Dalam
novel yang berjudul Pertemuan Dua Hati,
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang sangat menarik dan membuat
pembaca ingin segera membaca cerita sampai selesai, ditambah dengan hadirnya
para tokoh yang mendampingi peran tokoh utama yang membuat cerita ini semakin rumit,
dan bervariasi. Alur maju yang digunakan dalam cerita dimulai dari awal cerita yang menampilkan gambaran
para watak tokoh dan tingkah laku para tokoh kemudian berakhirlah semua masalah
yang disebut ending.peran utama dari cerita adalah bu Suci yang berprifesi
sebagai guru ia hidup bermigrasi karena suatu alasan, namun saat ia pindah kota
justru disitulah ia menemui suatu masalah yang sangat menguras tenaga dan
fikiranya. Dalam masalah itu di tempatkan untuk mampu memilih antara mengutamakan
masalah keluarga yang runyam , ataukah ia harus mengutamakan pekerjaanya,dimana
ia menghadapi seorang murid yang sangat labil dan sering membuat kegaduhan
disekolah.
3.2
SARAN
Adapun
saran yang hendak penulis sampaikan dalam novel pertemuan dua hati adalah
sebagai berikut:
1. Jika mempunyai sebuah masalah, jangan pernah kita
mengeluh dan menyerah sebelum semuanya dapat terselesaikan.
2. Dalam hidup bermasyarakat utamakanlah hidup saling
toleransi dan saling pengertian karena lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi
perkembangan dan kepribadian seseorang
3. Sebagai seorang guru kesabaran dan keuletan dalam
menghadapi para siswa sanagat di perlukan. Apalagi guru juga dianggap sebagai
orang yang mampu mendidik dan membentuk peilaku seseorang.
4. Jangan pernh melupakan Allah dalam hidup kita, karena
dengan kuasa-NYAlah semua masalah yang rumit menjadi mudah , dan jalan keluar
untuk solusi seriap masalah pasti itu ada jalan keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA
2009.
Pertemuan Dua Hati.jakarta: PT Gramidia Pustaka Utama
http://www.goodreads.com/book/show/3044755-pertemuan-dua-hati
LAMPIRAN
PER5TEMUAN
DUA HATI
Bu Suci beserta keluarga
pindah ke rumah kontrakan di Semarang. Ukuran rumah itu tidak terlalu
besar.Tugas suami beliau dipindahkan ke kota Semarang, itulah penyebab mereka
ikut serta. Sebelumnya, mereka tinggal di Purwodadi. Cita-cita Bu Suci menjadi
seorang guru, dan itu sudah terwujud, sebelumnya Bu Suci mengajar SD di
Purwodadi.
Di Semarang, mereka
tinggal di daerah pinggiran kota. Untuk meneruskan cita-citanya, Bu Suci
mencoba melamar menjadi guru di sekolah anaknya. Dia memiliki tiga orang anak.
Dua anak Bu Suci menuntut ilmu di sekolah dasar. Yang sulung perempuan,
sedangkan dua lainnya laki-laki. Uwak dari Bu Suci turut tinggal bersama
keluarganya sejak tiga tahun belakang. Anak bungsunya yang masih kecil diasuh
oleh Uwak.
Karena penduduk baru, Bu
Suci memperkenalkan diri ke Rukun Tetangga dan bertemu dengan istri RT. Suami
dari istri RT tersebut ialah pensiunan kantor pos.
Sedikit demi sedikit,
dia mengerti tentang masyarakat di lingkungan kediamannya,yaitu termasuk
golongan campuran. Sekolah dan pasar adalah tempat paling penting yang harus Bu
Suci kenali di lingkungan.sekitar
.Kepala Sekolah meminta
Bu Suci untuk datang ke sekolah. Seusai menerima keterangan, akhirnya Bu Suci
diterima mengajar di sekolah barunya yang juga sekolah anaknya. Ia akan
mengajar dua kelas tiga yang dihubungkan sebuah pintu samping.Anak tengahnya
mengeluh sakit. Perilakunya juga membuat orang lain khawatir. Untuk
sementara, Uwak yang merawatnya setelah akhirnya diperiksa di rumah sakit oleh
dokter.Bu Suci mulai mengajar di kelasnya. Setelah beberapa hari, seorang
muridnya yang bernama Waskito belum juga nampak. Hampir seluruh penghuni kelas
mengaku bahwa Waskito mempunyai sifat yang jahat dan nakal, karena sering
menyakiti teman lain.
Keterangan yang Ia
dengar dari guru dan Kepala Sekolah, membuatnya iba. Sebab, Waskito kurang
perhatian dari orang tuanya yang cukup kaya, apalagi perhatian dari ayahnya. Segera
Bu Suci mengirim surat kepada nenek Waskito untuk mencoba mencari tahu siapa
Waskito sebenarnya.Ketika berkunjung ke rumah nenek Waskito.
Bu Suci memahami
bagaimana kehidupan anak didiknya itu yang memprihatinkan. Padahal
kakek-neneknya sangat mencintai cucunya, dan sementara Waskito tinggal di rumah
Bu De bersama saudara sepupu yang lain
Dokter menyatakan bila
anak kedua Bu Suci mengalami sakit epilepsi. Pekerjaan dia menjadi rangkap dua
di sekolah, bolak-balik ke rumah sakit dan sekolah.
Menyikapi tentang sifat
Waskito yang nakal, Bu Suci tetap menyuruh muridnya untuk memaafkan kesalahan
Waskito. Sehari-hari, tugas yang diberikan juga tidak stabil dikerjakan. Tapi,
Bu Suci memberi pekerjaan ringan kepadanya agar belajar menjadi murid yang
lebih baik.
Perbincangan tentang
perkembangan murid, Bu Suci membicarakannya dengan seorang rekan Guru Agama.
Dari dia, banyak informasi yang didapat perihal Waskito
Bu Suci memberikan tugas
untuk membuat semacam alat pembuat makanan, pekerjaan dilakukan bersama kelompok.
Hasil karya yang paling besar dan benar ialah milik kelompok Waskito. Peralatan
pembuat alat tersebut kepunyaan Waskito. Oleh Kepala Sekolah, alat tersebut
dibanggakan dan disimpan dengan baik.Suatu hari sifat nakal Waskito kambuh.
Untungnya peristiwa itu cepat mereda. Kepala Sekolah dan guru-guru lain
merundingkan tentang kenakalan Waskito yang telah terlampaui. Banyak dari
mereka yang mendukung pengeluaran murid nakal di kelas Bu Suci tersebut. Namun,
Bu Suci tetap bersikeras untuk mempertahankan Waskito, dan dia meminta waktu
agar bisa merubah perilaku Waskito yang membahayakan. Bu Suci bertahan karena
memikirkan masa depan Waskito kelak, bila keluar dari sekolah.
Sekembalinya Bu Suci ke
kelas, dia menyuruh Waskito pindah di bangku barisan muka, agar Bu Suci bisa
mengawasi gerak-gerik Waskito. Tapi dia yang disuruh geser di depan, malah
tanpa tanggapan yang berarti. Waskito hanya menunduk menatap buku di depannya.
Melihat Waskito bereaksi
seperti itu, Bu Suci menjadi gelisah.Keesokan harinya, Waskito telah berpindah
tempat di bangku barisan depan. Lalu Waskito mengerjakan apa yang Bu Suci
perintah. Bu Suci bersyukur kepada Tuhan.
Bu Suci sering meminta
bantuan Waskito dan murid lain. Pekerjaan Bu Suci menjadi lebih sibuk. Dia
sengaja mengikutsertakan Waskito agar belajar bekerjasama dan bertanggung
jawab.Masalah antara Waskito dan anaknya terkadang tidak dapat dipisahkan oleh
pikiran Bu Suci. Keadaan sudah membaik antara murid kelas dan Waskito.
Contohnya saja, Waskito
menyumbangkan sekotak peralatan pertukangan untuk upaya menghias
diding.Sesekali, Bu Suci menanyakan keadaan keluarga dan kehidupan di rumah Bu
De-nya. Cerita Waskito tentang kehidupan di rumah Bu De-nya, mengalir dengan
tulus dari hati dan Bu Suci sabar mendengarkannya.Waskito mengaku bahwa ia
pernah membolos dan memancing bersama anak-anak kampung. Ini menunjukkan bahwa
Ia memang tidak diberi kebebasan oleh orang tuanya, sehingga Waskito melakukan
perbuatan nekat.
Bu Suci memberikan janji jika Waskito naik
kelas nanti, Bu Suci akan mengajaknya berlibur memancing di Purwodadi.
Tanggapan Waskito menjadi senang dan tersenyum.Sepulang sekolah hari itu,
Waskito tinggal hingga sore di rumah Bu Suci. Perilaku yang kesehariannya
jahil, berubah saat ia dengan lembut membelai seekor kucing. Bu Suci mengucap
syukur kepada Tuhan, telah dipertemukan oleh hati Waskito. Hubungan antara
Waskito dan suami Bu Suci pun, juga hangat. Terlihat mereka santai bersama.
Kepala Sekolah
mengetahui kemajuan yang diraih oleh Waskito. Kenyataan yang menunjukkan bahwa
Waskito memang berubah.Tapi, peristiwa yang mencengangkan terjadi.
Secara tak diharapkan,
Waskito mengamuk lagi. Ia membanting dan menginjak pot-pot berisi tanaman hias,
lalu segera pergi keluar kelas.Keadaan kelas yang masih berantakan oleh pot-pot
tersebut, Bu Suci membiarkan dan meneruskan pelajaran. Hingga istirahat Waskito
belum kembali. Bu Suci mencari perginya Waskito.
Nampak Waskito duduk di
pinggir selokan.Langkah awal menyikapi murid yang sedang emosi, haruslah
perlahan. Bu Suci bertanya apa sebab Waskito melakukan perbuatan itu. Alasan
Waskito membantingi kaleng-kaleng itu, sebab dia diejek oleh teman-temannya.
Ejekan kawan-kawan tertuju pada tanaman Waskito yang kurang subur, lamban
pertumbuhannya dibanding tunas lain. Waskito mengakui jika tanaman yang
dirawatnya memang kurang subur. Bu Suci kemudian memberi semangat kepada
Waskito untuk melakukan apa yang di bisa.Sejak hari itu, hubungan Bu Suci dan
Waskito menjadi lebih dekat.Tak terasa waktu berjalan, penerimaan rapor. Nilai
yang tercantum dalam rapornya juga normal. Bu Suci menepati janji, Ia mengajak
Waskito berlibur ke Purwodadi. Di sana, Waskito memancing sepuasnya.
Akhirnya, Waskito naik
kelas. Bu De sebagai wali murid hadir di sekolah untuk mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Sekolah, guru, dan Bu Suci pribadi atas kebaikan mereka sehingga
Waskito berubah menjadi anak yang lebih baik.
ANALISIS NOVEL
PETMUAN DUA HATI
Disusun untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah
Apresiasi Prosa
Dosen Pengampu
Dra.Nas Haryati
Setyaningsih,M.Pd.
Oleh:
Yuni Permata Sari
2101412022
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua Hati .
Adapunn tujuan pembuatan
makalah ini sebagai pelengkap tugas akhir semester. Makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua
Hati ,berisi sinopsis beserta analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik, dengan
harapan agar saat membaca, maka pembaca dapat mengatahui secara jelas isi dari
novel beserta analisisnya,
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka,bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik maka akan penulis terima dengan senang
hati, sehingga penulis dapat
memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Akhirnya penulis
mengharapkan semoga dari makalah Pertemuan Dua Hati ini,dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca
Semarang, Juni 2013
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
PRAKATA............................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI........................................................................................... … iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................... .
1
1.1
Alasan Menganalisis Novel Ketika Cinta Bertasbih .......................
1
1.2 Ulasan Novel
Ketika Cinta Bertasbih ................................... 1
BAB III
ANALISIS NOVEL..............................................................
3.1 Unsur Intrinsik................................................................
2
3.3 Analisis Unsur Ekstrinsik.................................................. 13
BAB IV
PENUTUP............................................................................ 20
4.1 Simpulan.........................................................................
20
4.2 Saran
............................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................... 22
LAMPIRAN………..............................................................................
23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam membaca sestiap orang memiliki kemamapuan sendiri-sendiri untuk
memahami setiap materi yang di pelajari, apalagi dalam membaca novel banyak
orang yang membaca novel kemudian merasa bingung untuk menentukan dan menganalisis
novel yang telah di baca, maka dari itu dengan adanya makalah ini maka di
harapkan pembaca memilki gambaran bagaiman cara yang benar untuk memahami dan
menganalisis novel. apalagi untuk menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik
dalam sebuah novel.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas adapun rumusan masalah makalah Apresiasi Prosa sebagai
berikut :
1. Apa saja unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Pertemuan Dua Hati ?
2. Apa saja unsur ekstrinsik dalam novel Pertemuan Dua
Hati ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
UNSUR INTRINSIK
1.
Sudut
Pandang
Sudut
pandang yang di pakai dalam novel
Pertemuan Dua Hati adalah sedut pandang pertama pelaku utama,
Tuhan
memberikan percobaan dua sekaligus kepadaku.penyakit anakku dan murid sukar.
Hal itu kurenungkan baik-baik. Beban berat yang bersamaan datangnya barangkali
mengandung maksud tertentu. (pertemuan
dua hati 2009: 74)
Kutipan
diatas, menunujukan bahwa tokoh Aku , mengalami banyak masalah dan dalam setiap
masalah itu ia harus membagi pikiran antara murid dan anaknya sendiri, tokoh
Aku merasa bingung kemudian ia memutuskan untuk menyatukan dua pikiran yang
terpisah menjadi satu.
2.
Alur
Alur
yang terdapat dalam novel ‘pertemuan dua hati’ karya N.H Dini yakni alur maju
Karena
dalam novel tersebut diceritakan tentang masalah yang selalu menghampiri hidup
tokoh dan disni ia dituntut untuk mampu memecahkan dan menyelesaikan masalahnya
hingga akhir.
a.
Perkenalan
Tahap
pertama dari sebuah alur yaitu perkenalan.
Dalam
novel ini,Bu suci memulai cerita dengan memilih prifesi sebagai guru, hal ini
tedapat dalam kutipan sebagai berikut,
Bapak
mengantarkan aku ke semarang untuk mendaftarkan diri ke sekolah pendidikan
guru,lalu kesempatan liburan aku gunakan untuk menengok keluarga di purwodadi.
Sesudah
bertahun-tahun mengajar aku tidak menyesal telah menuruti nasehat orang
tuaku,aku merasa senang dengan pekerjaanku,
(pertemuan dua hati, 2009: 10)
Dari
kutipan diatas, bu suci memulai hidupnya dengan mengabdi sebagai guru,ia
belajar di kota Semarang dan sesekali ia pulang sebagai obat rindi kepada
keluarga dan kampong halamn.
b.
Konflik
Adapun
konflik dari cerita, di mulai saat tokoh Bu Suci yang telah mulai menjalani
profesi sebagai guru, ia di hadapkan pada pilihan untuk hijrah dari desanya
yaitu purwodadi menuju ke Semarang, hal ini dapat di pahami dari kutipan
sebagai berikut.
Aku turtr
gembira dengan kenaikan pangkat suamiku,aku dan anak-anakku harus meninggalkan
purwodadi dan tempat kerjaku selama ini,
Kantor
di kota memerlukan suamiku sebagai ahli mesin dan pengawas bengkel, dia harus
mengawasi kelancara jalanya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel.
ini sangat penting bagi dirinyal (pertemuan
dua hati, 2009: 12)
Berdasarkan
kutipan di atas, kerena suaminya pindah bekerja maka mereka semua memutuskan
untuk pindah di tempat kerja baru suaminya yaitu Semarang
c.
Klimaks
Pada
tahap ini bu suci di hadapkan pada sekolah baru, dimana ia masih belum mengenal
secara detail kondisi para muridnya,namun disisi lain ia juga dihadapkan pada
masalah keluarga dengan munculnya penyakit aneh yang barada pada tubuh anak
keduanya. hal ini di buktikan pada kutipan sebagai berikut.
Hari ke empat
pelajaran pertama , anak didikku yang bernama waksito belum juga masuk, ku
Tanya pada seisi kelas, tak satupun menjawab se olah-olah ada sesuatau yang
menggajal dalam hati mereka. Saat ku ulangi ucapanku semua anak baru mau
berbicar, dan yang membuatku aneh tak ada satupun anak yang mau menengok,
justru mereka lebih memilih waksito tidak masuk atwaksitau bahkan ia lebih baik
pindah saja.
Sampai
di rumah aku mencoba menghilangkan nama dan masalah tentang waksito.petang itu
suamiku menyampaikan sampul perusahaan, isinya lembaran-lembaran kertas hasil
pemeriksaan kesehatan kami sekeluarga,sepintas tak ada yang aneh dengan
kesehatan kami, namun tercantum nama dokter lain, dengan tulisan ahli syaraf
yang ditujukan pada anak kedua ku.(pertemuan
dua hati, 2009 : 45)
Berdasarkan
kutipan tersebut, bu suci merasa heran dengan semua sikap muridnya kepada
waksito, ia terus memikirkan masalah ini hingga ia sampaii di rumah,
Se
sampainya di rumah, ia dan suaminya terkejut melihat hasil kesehatan,, tertulis
perintah dari dokter ahli syaraf untuk anak keduaku yang harus segera dibawa ke
neurology secepat mungkin.
d.
Anti
Klimaks
Dalam
tahap anti klimaks, bu Suci menemui masalah terhadap muridnya yang selalu
membuat ulah dan keributan di kelas, ditambah lagi ia harus menghadapi
kenyataan bahwa anaknya terkena penyakit yang sangat kronis. Bukti kutipan
sebagai berikut.
Meskipun
dia yang berbuat kesalahan,tetapi ia masih terkekang oleh kebiasanya
pemarah.dia tidak akan meminta maaf ,kalau betul itu salahnya salahnya.( pertemuan dua hati 2009 : 82)
Orang
tua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagai manapun
juga bisa dikatakan jarang. anggapan sekeliling yang rebdah terhadap penderita
beberapa jenis penyaki tsemakin membikin hati kami kecil hati. (pertemuan dua hati, 2009 :49 )
Dari
pernyataan tersebut, tokoh mengalami kondisi yang sangat kacau, dimana tokoh bu
suci menghadapi kenyataan tentang keluarganya, namun disisi lain ia juga masih
memikirkan kondisi muridnya yaitu Waksito.
e.
Penyelesaian
Setelah
berbulan-bulan ia mencoba meluluhkan hati waksito akhirnya sikap sang anak
menjadi lebih baik, dan santun. Kemudian dengan pengawasan yang ekstra pada
anak keduanya, akhirnya kondisi anak Bu Suci semakin membaik. Hal ini di
tercantum dalam kutipan sebagai beriktu.
Rapot
berikutnya, berisis angka-angka normal,ia kini meraih penghargaan sebagai murid
biasa. Akhir tahun pelajaran . Bu De nya datang kesekolahdia berterima kasih
kepada kepala sekolah,para guru dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku
gembira dapat menolong waksito. (pertemuan
dua hati, 2009 : 85)
Ketabahan
itu berkat kelegaan pertama karena telah selesainya seruntutan test bagi
anakku,kami tinggal menuruti nasehat dokter ahli syaraf sambil meneruskan
perawatan melalui obat-obatan.tidak berhentinya aku bersyukur, ke hadirat
illahi karena kemudahan-kemudahan yang kami terima selama itu.(pertemuaan dua hati,2009 : 58)
Dari
kutipan diatas, maka kita ketahui bahwa bagaimana kuatnya hati bu Suci dalam
menghadapi dan menyikapi setiap masalah
dalam hidupnya, dengan segala usahanya itu maka segala masalah akhirnya dapat
terselesaikan satu persatu.
3.
Latar
Dalam
latar novel pertemuan dua hati, terdapat tiga latar yaitu tempat, waktu dan suasana.
adapun latar-latar tersebut akan di paparkan secara lebih jelas dalam bebrapa
pembagian sebagai berikut.
a.
Latar
Tempat
Novel
pertemuan dua hati mempunyai dua latar tempat, yang pertama di tempat asal
tokoh utama yaitu bu Suci, dan latar tempat yang kedua dimana latar ini menjadi
tempat utama terjadinya berbagai permasalahan yang selalu membayangi hidup sang
tokoh utama yaitu tokoh bu Suci. Adapun latar tempatnya adalah sebagai berikut.
1.
Purwodadi
Purwodadi
merupakan tempat dimana bu Suci menjalani keseharian dan aktivasnya semasa ia
masih kecil.hal ini di buktikan pada kutipan di bawah ini.
Lalu pada kesempatan liburan, aku pulang
berlibur,melewati jalan atau
tempat tertentu, seringkali hatiku terasa
terharu.kenangan terhadap kejaduan-
kejadian
yang pernah ku alami di sana muncul di kepalaku.( pertemuan dua hati, 2009 :10)
Dari
kutipan di atas, maka jelas tergambar bahwa saat ibu Suci datang ke
Purwodadi,memori masa lalunya muncul kembali.
2.
Semarang
Dalam
cerita ini , semarang merupakan tempat baru bu suci bersama keluarga dan
menjalani aktivitasnya sebagai guru.
Aku berusaha sedapat mungkin memisahkan pekerjaan dari
kehidupan keluarga. Aku mempunyai peraturan yang hampir selalu dapat ku patuhi,
yaitu tidak membicarakan apa pun perihal murid dan pekerjaan yang sedang ku
hadapi kepada keluargaku. (pertemuan dua
hati,2009 :48)
Dari kutipan tersebut, maka dapat kita ketahui
bahwa kota semarang merupakan aktivitas keluarga bu suci pada masa itu.
b.
Latar
Waktu
Latar
waktu novel pertemuan dua hati.
Cerita
pertemuan dua hati merupakan sebuah novel yang di terbitkan antara tahun
1980-an,maka maka kejadian waktu yang di ceitakan berkisar
antara tahun 1970-an. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan sebagai
berikut.
Sejak
tahun 1975,ternyata pelaksanaan kurikulum baru dimulai pada tahun 1976. Kepala
sekolah menunjukan programnya kepadaku. (pertemuan dua hati,2099 :19)
Dari
kutipan di atas, menunjukan rencana kepala sekolah tentang perubahan kurikulum
yang seharusnya dilaksanakan pada tahun lalu, namun dilaksanakan baru tahun
ini, tepatnya pada tahun 1976.
c.
Latar
Suasana
Beberapa
suasana yang terjadi dalam cerita ada banyak sekali,namun tempat yang paling
mempengaruhi cerita ini terbagi menjadi beberapa suasana sadapun pembagian
suasananya sebagai berikut.
1.
Menyedihkan
Bukti kutipan
Dari pola EEG itulah dokter mengetahui dan memastikan
bahwa anakku menderita penyakit sawann atau ayan.
Orang tua mana yang tak terkejut mendengar anaknya
mengidap penyakit yang bagaimanapunjuga dapat di katakana jarang.(pertemuan dua
hati, 2009 : 48)
Dari
bukti kutipan tersebut, tokoh bu Suci sangat terpukul dan terkejut , mendengar
bahwa anaknya harus menderita penyakit yang sangat tidak diharapkan. Maka dapat
kita ketahui bahwa saat itu suasana hati bu Suci sangat sedih dan syok.
2.
Menegangkan
Bukti
kutipan :
Aku
berjalan menuju ke kelas,wahyudi mencegatku.
“Waksito
bu”. Hanaya itulah pembeitahuanya.
Apalagi
ini!, jantuungku berdebar keras,sambil mempercepat langkah aku bertanya :
“mengamuk
lagi dia”.( pertemuan dua hati,2009:80)
Dari
kutipan diatas, maka jelas terlihat bagaimana gambaran perasaan bu Suci saat
mengetahui waksito berbuat ulah kembali.
4.
Tema
Tema
dalam novel pertemuan dua hati, yaitu menceritakan tentang penyatuan hati
dan masalah yang sangat berlainan
menjadi satu titik. Bukti kutipan,
tuhan
memberikan dua percobaan sekaligus kepadaku, penyakit anakku dan murid sukar, beban
berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu.akhirnya
aku mengambil kesimpulan bahwa mungkin keduanya ada hubungan.( pertemuan dua hati,2009:46)
Dari
kutipan itu, maka dapat di simpulkan bahwa inti dari cerita yaitu tentang
mempersatukan masalah dari segi yang berbeda, kemudian di kaitkan satu sama
lain. Sehingga menyatukan masalah pada satu titik.
5.
Tokoh
dan Penokohan
a.
orang
tua ibui Suci
baik
bukti kutipan
ibu dan
ayahku membujukku untuk memilih bersekolah sebagai guru,
kemudian
ayahku mengantarkan ku ke semarang untuk
mendaftarkan diri di sekolah pendidikan guru.walaupunaku berke
beratan,
tapi kini akau tidak menyesal mengambil karir sebagai guru.( pertemuan dua hati,2009 : 2)
Dari
kutipan diatas tergambar bahwa orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk
anaknya, dan Bu Suci pun ternyata mulai menerima keputusan orang tuanya.
b.
Ibu
Suci
1.
Tidak
mudah menyerah
Bukti
kutipan :
Meskipun kemampuan otakku
memadai, namun bapak
tidak menyanggupi untuk membiayai,
adiku tiga orang dan kuputuskan utntuk bekerja, guna menambah pemasukan uang.( pertemuan dua hati,2009: 2)
Dari
kutipann tersebut maka dapat diketahui kondisi perekonomain keluarga bu suci,
mengetahui masalah itu, ia kemidian memutuskan untuk bekerja. Agar bisa
melajutkan bersekolah dan tidak menggaunkan hidupnya pda orang tua.
2.
Sabar
Bukti
kutipan :
Beberapa
kali ku tanaya pada muridku, namun tetap tidak ada jawaban
Aku
berusaha bersikap sebiasa mungkin, tanpa mendesak, tanpa memperlihatkan
keherananku,(pertemuan dua hati, 2009
:26)
Dari
kutipan tersebut, maka bisa terlihat bahwa bu Syci tidak ingin mndesak para
muridnya, untuk membirkan informasi, ia memlih untuk bersabar dan mengganti
cara lain, agar semua pertanyaan di fikiranya data terjawab.
c.
Suami
ibu Suci
Bertanggung
jawab
Bukti
kutipan
Ini
sanagt penting bagi dirinya, dia harus
mengawasi kelancaran jalanya semua anggutan kendaraan yang keluar dari bengkel. (pertemuan dua hati, 2009: 12)
Dari
kutipan tersebut tokoh dengan sigap menerima perpindahan tugas oleh atasanya.
d.
Anak
kedua ibu Suci
Menurut
kepada oran tua
Bukti
kutipan:
Sejelas
dan sesederhana mungkin, kuterangkan pada anakku untuk pap pemeriksaan itu di
lakukan.Biasanya dia termasuk anak yang cukup mematuhi ajaran kami.(pertemuan dua hati , 2009 : 48)
Dari
kutipan diatas maka kita ketahui nahwa anak bu suci, jarang membangkang, namun
lebih sering mendengarkan dan menuruti ucapan orang tuanya.
e.
Dokter
ahli saraf
Bijkasana
Bukti
kutipan :
Doter
ahli syaraf yang simpatik mau meluangkan waktu berbicara kepada kami berdua.
Secara singkat ia menerangkan garis besar apa sesungguhnya penyakit itu.
Barulah aku mengerti bahwa sesungguhnya yang diderita anakku bukanlah penyakit
turunan.(pertemuan dua hati, 2009 : 49)
Berdasarkan
kutipan tersebut,agar keluarga tidak salah paham ia dengan senang hati ia menjelaskan kepada
pihak keluarga.
f.
Marno
Jujur
Bukti
kutipan :
Pertanyaan
itupun tidak terjawab.seisi kelas menghindari pandanganku.
Marno?,
ciba,tolonglah bu Suci! Beri tahu kenapa kamu tidak mau menengok waksito “
Lemudian
terdengar jawaban marno, suaranya rendah tetapi jelas.
“takut bu’(pertemuan dua hati, 2009 : 27)
Dalam
ketakutan , ia mencoba menjawab pertanyaan bu Suci sesuai dengan apa yang ia
rasakan.
g.
Waksito
1.Jahil
Bukti
kutipan:
Di
tengah-tengah waktu pelajaran,terdengar suara benda kecil sebentuk kelereng
jatuh. Itlah waksito mengganggu teman-temanya dengan melempari kapur. Setelah
berkali-kali , seorang murid perempuan berani kmengatakan keluhan.
“ah,
Waksito ! kenapa siah kamu! “ (pertemuan
dua hati, 2009: 56)
Dari
kutipaan tersebut , tokoh Waksito memang sangat senang mengganggu temanya,.
2.Mudah emosi
Bukti
kutipan
Dalam
Tanya jawab yang ku paksakan itu dia mengaku bahwa dia mrah Karena
kawan-kawanya mengjek tanaman miliknya yang kurag subur, kalah dari tunas-tunas
lain. (pertemuan dua hati, 2009: 83)
Bukti
kutipan itu menjelaskan tentang salah satu sifat Waksito yaiutu mudah marah,
karena setiap kali ada teman yang mengejeknya ia langsung melampiaskan
kemarahan itu tanpa mengoreksi diri terlebih dahulu.
h.
Nenek
Waksito
Baik
Bukti
kkutipan:
Kala
itu sang nenek tidak kuasa lagi menahan cucuran air matanya,seolah terdengar
kata hatikuwanita tua itu bersuara lagi. (pertemuan
dua hati,2009:43)
Dari
penjelasan diatas sang nenek sedang merasa sangat ba dengan semua peristiwa
yang dialami cucuknya, ia menangis seolah-olah merasakan dirinya diposisi sang
cucu.
i.
Kakek
Waksito
Ramah
Bukti
kutipan:
Aku
bertemu dengan sepasang suami-istri yang sebaya dengan orang tuaku, si suami
hanya sebentar menyalamiku,
Meskipun
hanya sebntar aku berbicara pada dokter berumur itu.aku segera mengetahui bahwa
dia pendiam.meskipun ramah dan dermawan. (pertemuan
dua hati, 2009 :36)
Dari
kutipan tersebut terlihat watak kakek yang kurang banyak berbicara, hanya
bersalaman dan berbicara sedikit sang kakek menghentikan pembicaraan.
j.
Ayah
Waksito
Kurang
perhatian terhadap anak
Bukti
kutipan:
“Dia
cerdeas, pandai tetapi kaku dan sukar bergaul, oleh karena itu setelah itu
setelah kawin lalau memponyai anak, menjadi
bapak yang kaku pula”. Kata sang nenek (peretemuan dua hati, 2009: 38)
Watak
ayah waksito memang kurang bergaul dengan anak, maka tumbuhlah sifat waksito
yang menjadi bandel dan pembangkang, karena sang anak kurang bimbingan dan
kasih saying.
k.
Ibu
Waksito
kurang
pengertian terhadap anak
bukti
kutipan:
kalau
anak rewel, dia mau menggendong mau member makan atau barang permaianan. Tetapi
permaianan itu di berikan begitu saja!, tidak di tuujukan bagaimana caranya
supaya benda itu menarik bagi si anak.(pertemuan
dua hati, 2009 : 36)
dari
bukti diatas, watak ibu Waksito memang kurang bijaksana dan kurang pintar dalam
mendidik anak, [adahal peran sang ibulah sang seharusnya memberikan pengawasan
dan bimbingan terhadap anak.
6.
Amanat
Amanat
dalam novel pertemuan dua hati, yakni bahwa jika kita menghadapi masalah yang
seberat apapun. Tetaplah bersabar dan terus semanagat untuk menuntaskan segala
masalah yang harus di hadapi sampai akhir.
Seperti yang terdapat dalam tokoh bu Suci yang
selalu bersabar dan terus mencari solusi untuk mendapatkan jalan keluar agar
setiap permasalah yang datang dalam hidupnya dapat dipecahkan.dengan tuntas,
hingga akhirnya ia menemukan satu titik untuk menyelesaiakn jalan keluarnya.Dan
ras bahagianya karena Allah telah memudahkan segala permasalahan dalam
hidupnya.
2.2
UNSUR EKSTRINSIK
Selain
unsur intrinsik ada pula unsure ekstrinsik yang terdapat dalam novel pertemuan
dua hati, adapun unsur ekstrinsiknya sebagai berikut.
1.
Nilai
social
Bu
Suci memang guru yang sangat mencintai perdamaian dan kerukuan, dalam
mengajarpun ia mencoba mengatur muridnya untuk mau saling terbuka dengan teman
1 kelas, ia berusaha menyatukan murid seperti membuat tugas berkelompok,dan
juga ia melakukan perpindahan tempat duduk para muridnya agar mereka bisa menjadi
manusia yang berkepribadian. Bukti kutipan sebagai berikut.
Aku
mempunyai cara supaya murid tidak saling menggantungkan diri pada tetangga
sebelahnya,sekali-kali tanpa pemberitahuan aku menyuruh mereka mengganti
bangku, kalau terlalu lama berdampingan anak itu akan menjadi bayangan teman
sebangkunya. Aku ingin kelak mempunyai murid yang kelak menjadi manusia yang
berdiri sendiri. (pertemuan dua hati, 2009
: 54)
2.
Nilai
Psikologis
Psikoligis
merupakan nilai yang berhubungan dengan jiwa atau hati seseorang, dalam cerita
ini Waksito mempunyai psikolog yang sangat labil dan mudah beralih sikap dengan
sangat drastic, sampai Bu Suci selalu merasa resah jika suatu saat nanti sikap
waksito membuat dirinya merasa gagal dalm mendidik murid. Buktii kutipan.
Pandanganku terpancar ke pinu,tiba-tiba kulihat wksito
masuk, menujunketempatku.tanpa berkata sesuatu apapundia meletakan timbunan
buku tugas di depanku, aku terpesona, aku heran bercampur bingung.(pertemuan dua hati, 2009: 55)
Aku memutuskan seolah-olah berhadapan dengan remaja
betul-betul. Murid seperti dia tidak suka di pandang sebagai anak kecil lagi. (pertemuan dua hati, 2009:56)
3.
Nilai
Moral
Nilai
social yang terdapat dapat kita jadikan pelajaran adalah jangan mudah marah dalam
mengahadapi setiap masalah. Sikap ini terdapat dalam watak tokoh waksito yang
selalu menganggap orang lain itu selalu membuatnya kesal dan hingga akhirnya ia
menjadi anak yang suka melawan dan membangkan., untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat dalam kutipan berikut.
“Apakah
kau menyadari telah melakukan pembunuhan?“ langsung aku menyerangnya.
Waksito
membelalakan matanya. Wajahnya cemberut. Bibirnya hendak bergerak mengatakan
sesuatu,tetapi tidak ada suara yang keluar. Pastilah dia ingin membantah.(pertemuan dua hati, 2009 :82 )
4.
Biografi
Pengarang
Sejarah Hidup NH Dini
NH Dini
dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima
bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh
larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya
muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".
NH Dini
mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh
dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia
sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah
pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya
dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara
Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam
membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Sekalipun
sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan
ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah
bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian
mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon
masinis kereta api.
Kalau pada
akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan
kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya,
biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam
kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Dini
ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup
tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya
menulis fiksi semakin
terasah di
sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan
sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan
membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia
rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di [[RRI]Semarang dalam acara
Tunas Mekar.
Karier NH
Dini
Peraih
penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah
telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku
hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman
pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia
digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu,
Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
Beberapa
karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini
yang terkenal, di antaranya Pada
Sebuah Kapal (1972), La
Barka (1975)
atau Namaku
Hiroko (1977),Orang-orang
Tran (1983), Pertemuan
Dua Hati (1986), Hati
yang Damai (1998),
belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau
cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang
terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat
orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan
khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam
karyanya yang terbaru berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah
tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya. Ia seorang
pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar Putu Wijaya; 'kebawelan yang panjang.'
Hingga
kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya
itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang
dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan
dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi
terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi.
Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan
sebagai karya sastra.
Bukti
keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan
sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan
cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya,
Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia
menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi
redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara
di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia
memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA
Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik
Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.
Pada 1956,
sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran,
Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua
Dunia. Sejumlah
bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit
dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku
Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen
dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit
sekalipun, ia terus berkarya.
Dini
dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun menurutnya teknik bukan
tujuan melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila
kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat
ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan
teknik konvensional.
Ia
mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil
contoh bukunya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, prosesnya hampir sepuluh tahun
sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling
mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik,
gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik,
sebelum tidur ia tulis tulis dulu di blocknote dengan tulis tangan.
Pengarang
yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah
dan menganalisa. la merangkai sebuah naskah yang sedang dikerjakannya.
Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu disimpannya pada sejumlah map untuk
kemudian ditulisnya bila sudah terangkai cerita.
Dini
dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia
dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (kini 42 tahun) dan Pierre Louis
Padang (kini 36 tahun). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak
bungsunya menetap di Prancis.
Sebagai
konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana
suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah
ke Pnom
Penh, Kamboja. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini
melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat
sebagai anggota Les Amis dela Natura (Green
Peace). Dia
turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya
kapal tanker di pantai utara Perancis.
Setahun
kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di Manila, Filipina. Pada 1976, ia pindah ke Detroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal
Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan
kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.
Mantan
suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke Kanada ketika akan mengawinkan
Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani
mengambil keputusan cerai. Padahal waktu itu semua orang menyalahkannya karena
dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak
memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar
AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu,
Semarang.
Dini yang
pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH Emil Salim menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra
hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat
Perancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat
ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia
terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding,
karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara patologi memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia
dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu
keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain,
sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya
hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.
Mengisi
kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai
penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok
bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan
bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan
tema transmigrasi.
Menjadi
pengarang selama hampir 60 tahun tidaklah mudah. Baru dua tahun terakhir ini,
ia menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari.
Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh
teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.
Tahun
1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau
pemiliknya pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan
giwang emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang inilah
yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.
Dini
kemudian sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Biaya
pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu
di empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya lain-lain
memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta. Dewan Kesenian Jawa
Tengah, mengorganisasi dompet kesehatan Nh Dini. Hatinya semakin tersentuh
ketika mengetahui ada guru-guru SD yang ikut menyumbang, baik
sebesar 10 ribu, atau 25 ribu. Setelah ia sembuh, Dini, mengirimi mereka surat
satu per satu. Ia sadar bahwa banyak orang yang peduli kepadanya.
Sejak 16 Desember 2003, ia kemudian menetap
di Sleman, Yogyakarta. Ia yang semula menetap di Semarang, kini tinggal di
kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Kanjeng
Ratu Hemas,
istri Sultan Hamengku Buwono X yang mendengar kepindahannya,
menyarankan Dini membawa serta perpustakaannya. Padahal empat ribu buku dari
tujuh ribu buku perpustakaannya, sudah ia hibahkan ke Rotary Club Semarang.
Alhasil,
Dini di Yogya tetap menekuni kegiatan yang sama ia tekuni di Semarang, membuka
taman bacaan. Kepeduliannya, mengundang anak-anak di lingkungan untuk menyukai
bacaan beragam bertema tanah air, dunia luar, dan fiksi. Ia ingin anak-anak di
lingkungannya membaca sebanyak-banyaknya buku-buku dongeng, cerita rakyat,
tokoh nasional, geografi atau lingkungan Indonesia, cerita rekaan dan
petualangan, cerita tentang tokoh internasional, serta pengetahuan umum. Semua
buku ia seleksi dengan hati-hati. Jadi, Pondok Baca Nh Dini yang lahir di Pondok
Sekayu, Semarang
pada 1986 itu, sekarang diteruskan di aula Graha Wredha Mulya. Ia senantiasa
berpesan agar anak-anak muda sekarang banyak membaca dan tidak hanya keluyuran.
Ia juga sangat senang kalau ada pemuda yang mau jadi pengarang, tidak hanya
jadi dokter atau pedagang. Lebih baik lagi jika menjadi pengarang namun
mempunyai pekerjaan lain.
Dalam
kondisinya sekarang, ia tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidupnya. Ia
merasa beruntung karena dibesarkan oleh orang tua yang menanamkan
prinsip-prinsip hidup yang senantiasa menjaga harga diri. Mungkin karena itu
pulalah NH Dini tidak mudah menerima tawaran-tawaran yang mempunyai nilai
manipulasi dan dapat mengorbankan harga diri.
Ia juga
pernah ditawari bekerja tetap pada sebuah majalah dengan gaji perbulan. Akan
tetapi dia memilih menjadi pengarang yang tidak terikat pada salah satu lembaga
penerbitan. Bagi Dini, kesempatan untuk bekerja di media atau perusahaan
penerbitan sebenarnya terbuka lebar. Namun seperti yang dikatakannya, ia takut
kalau-kalau kreativitasnya malah berkurang. Untuk itulah ia berjuang sendiri
dengan cara yang diyakininya; tetap mempertahankan kemampuan kreatifnya.
Menyinggung
soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia
menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang
pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan
kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya
NH Dini sekarang tinggal di Panti
Wredha Langen Wedharsih, Ungaran
5.
Penilaian
Novel dua hati mempunyai
pelajaran yang sangat berharga untuk kita,apalagi jika kita senang hidup
bermasyarakat dan suka bersosialisasi, ternyata setiap perilaku seseorang baik
maupun buruh pasti mereka mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka bisa
memiliki sikap seperti itu perilaku ini tergambar dalam tokoh-tokoh yang ada
dalam novel ,dan masih banyak lagi pesan yang akan di dapatkan jka kita mampu
untuk memahami isi novel ini.
6.
tanggapan
novel
NH Dini yang berjudul pertemuan dua hati mempunyai karakter tokoh dan
perwatakan yang menonjol serta mempunya peran fungsi yang saling mempengaruhi
dan berkaitan antara tokoh, sehingga cerita ini mampu membuat para pembaca
merasa bahwa para tokoh yang ada dalam novel ini sangat mempengerahui satu sana
lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Dalam
novel yang berjudul Pertemuan Dua Hati,
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang sangat menarik dan membuat
pembaca ingin segera membaca cerita sampai selesai, ditambah dengan hadirnya
para tokoh yang mendampingi peran tokoh utama yang membuat cerita ini semakin rumit,
dan bervariasi. Alur maju yang digunakan dalam cerita dimulai dari awal cerita yang menampilkan gambaran
para watak tokoh dan tingkah laku para tokoh kemudian berakhirlah semua masalah
yang disebut ending.peran utama dari cerita adalah bu Suci yang berprifesi
sebagai guru ia hidup bermigrasi karena suatu alasan, namun saat ia pindah kota
justru disitulah ia menemui suatu masalah yang sangat menguras tenaga dan
fikiranya. Dalam masalah itu di tempatkan untuk mampu memilih antara mengutamakan
masalah keluarga yang runyam , ataukah ia harus mengutamakan pekerjaanya,dimana
ia menghadapi seorang murid yang sangat labil dan sering membuat kegaduhan
disekolah.
3.2
SARAN
Adapun
saran yang hendak penulis sampaikan dalam novel pertemuan dua hati adalah
sebagai berikut:
1. Jika mempunyai sebuah masalah, jangan pernah kita
mengeluh dan menyerah sebelum semuanya dapat terselesaikan.
2. Dalam hidup bermasyarakat utamakanlah hidup saling
toleransi dan saling pengertian karena lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi
perkembangan dan kepribadian seseorang
3. Sebagai seorang guru kesabaran dan keuletan dalam
menghadapi para siswa sanagat di perlukan. Apalagi guru juga dianggap sebagai
orang yang mampu mendidik dan membentuk peilaku seseorang.
4. Jangan pernh melupakan Allah dalam hidup kita, karena
dengan kuasa-NYAlah semua masalah yang rumit menjadi mudah , dan jalan keluar
untuk solusi seriap masalah pasti itu ada jalan keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA
2009.
Pertemuan Dua Hati.jakarta: PT Gramidia Pustaka Utama
http://www.goodreads.com/book/show/3044755-pertemuan-dua-hati
LAMPIRAN
PER5TEMUAN
DUA HATI
Bu Suci beserta keluarga
pindah ke rumah kontrakan di Semarang. Ukuran rumah itu tidak terlalu
besar.Tugas suami beliau dipindahkan ke kota Semarang, itulah penyebab mereka
ikut serta. Sebelumnya, mereka tinggal di Purwodadi. Cita-cita Bu Suci menjadi
seorang guru, dan itu sudah terwujud, sebelumnya Bu Suci mengajar SD di
Purwodadi.
Di Semarang, mereka
tinggal di daerah pinggiran kota. Untuk meneruskan cita-citanya, Bu Suci
mencoba melamar menjadi guru di sekolah anaknya. Dia memiliki tiga orang anak.
Dua anak Bu Suci menuntut ilmu di sekolah dasar. Yang sulung perempuan,
sedangkan dua lainnya laki-laki. Uwak dari Bu Suci turut tinggal bersama
keluarganya sejak tiga tahun belakang. Anak bungsunya yang masih kecil diasuh
oleh Uwak.
Karena penduduk baru, Bu
Suci memperkenalkan diri ke Rukun Tetangga dan bertemu dengan istri RT. Suami
dari istri RT tersebut ialah pensiunan kantor pos.
Sedikit demi sedikit,
dia mengerti tentang masyarakat di lingkungan kediamannya,yaitu termasuk
golongan campuran. Sekolah dan pasar adalah tempat paling penting yang harus Bu
Suci kenali di lingkungan.sekitar
.Kepala Sekolah meminta
Bu Suci untuk datang ke sekolah. Seusai menerima keterangan, akhirnya Bu Suci
diterima mengajar di sekolah barunya yang juga sekolah anaknya. Ia akan
mengajar dua kelas tiga yang dihubungkan sebuah pintu samping.Anak tengahnya
mengeluh sakit. Perilakunya juga membuat orang lain khawatir. Untuk
sementara, Uwak yang merawatnya setelah akhirnya diperiksa di rumah sakit oleh
dokter.Bu Suci mulai mengajar di kelasnya. Setelah beberapa hari, seorang
muridnya yang bernama Waskito belum juga nampak. Hampir seluruh penghuni kelas
mengaku bahwa Waskito mempunyai sifat yang jahat dan nakal, karena sering
menyakiti teman lain.
Keterangan yang Ia
dengar dari guru dan Kepala Sekolah, membuatnya iba. Sebab, Waskito kurang
perhatian dari orang tuanya yang cukup kaya, apalagi perhatian dari ayahnya. Segera
Bu Suci mengirim surat kepada nenek Waskito untuk mencoba mencari tahu siapa
Waskito sebenarnya.Ketika berkunjung ke rumah nenek Waskito.
Bu Suci memahami
bagaimana kehidupan anak didiknya itu yang memprihatinkan. Padahal
kakek-neneknya sangat mencintai cucunya, dan sementara Waskito tinggal di rumah
Bu De bersama saudara sepupu yang lain
Dokter menyatakan bila
anak kedua Bu Suci mengalami sakit epilepsi. Pekerjaan dia menjadi rangkap dua
di sekolah, bolak-balik ke rumah sakit dan sekolah.
Menyikapi tentang sifat
Waskito yang nakal, Bu Suci tetap menyuruh muridnya untuk memaafkan kesalahan
Waskito. Sehari-hari, tugas yang diberikan juga tidak stabil dikerjakan. Tapi,
Bu Suci memberi pekerjaan ringan kepadanya agar belajar menjadi murid yang
lebih baik.
Perbincangan tentang
perkembangan murid, Bu Suci membicarakannya dengan seorang rekan Guru Agama.
Dari dia, banyak informasi yang didapat perihal Waskito
Bu Suci memberikan tugas
untuk membuat semacam alat pembuat makanan, pekerjaan dilakukan bersama kelompok.
Hasil karya yang paling besar dan benar ialah milik kelompok Waskito. Peralatan
pembuat alat tersebut kepunyaan Waskito. Oleh Kepala Sekolah, alat tersebut
dibanggakan dan disimpan dengan baik.Suatu hari sifat nakal Waskito kambuh.
Untungnya peristiwa itu cepat mereda. Kepala Sekolah dan guru-guru lain
merundingkan tentang kenakalan Waskito yang telah terlampaui. Banyak dari
mereka yang mendukung pengeluaran murid nakal di kelas Bu Suci tersebut. Namun,
Bu Suci tetap bersikeras untuk mempertahankan Waskito, dan dia meminta waktu
agar bisa merubah perilaku Waskito yang membahayakan. Bu Suci bertahan karena
memikirkan masa depan Waskito kelak, bila keluar dari sekolah.
Sekembalinya Bu Suci ke
kelas, dia menyuruh Waskito pindah di bangku barisan muka, agar Bu Suci bisa
mengawasi gerak-gerik Waskito. Tapi dia yang disuruh geser di depan, malah
tanpa tanggapan yang berarti. Waskito hanya menunduk menatap buku di depannya.
Melihat Waskito bereaksi
seperti itu, Bu Suci menjadi gelisah.Keesokan harinya, Waskito telah berpindah
tempat di bangku barisan depan. Lalu Waskito mengerjakan apa yang Bu Suci
perintah. Bu Suci bersyukur kepada Tuhan.
Bu Suci sering meminta
bantuan Waskito dan murid lain. Pekerjaan Bu Suci menjadi lebih sibuk. Dia
sengaja mengikutsertakan Waskito agar belajar bekerjasama dan bertanggung
jawab.Masalah antara Waskito dan anaknya terkadang tidak dapat dipisahkan oleh
pikiran Bu Suci. Keadaan sudah membaik antara murid kelas dan Waskito.
Contohnya saja, Waskito
menyumbangkan sekotak peralatan pertukangan untuk upaya menghias
diding.Sesekali, Bu Suci menanyakan keadaan keluarga dan kehidupan di rumah Bu
De-nya. Cerita Waskito tentang kehidupan di rumah Bu De-nya, mengalir dengan
tulus dari hati dan Bu Suci sabar mendengarkannya.Waskito mengaku bahwa ia
pernah membolos dan memancing bersama anak-anak kampung. Ini menunjukkan bahwa
Ia memang tidak diberi kebebasan oleh orang tuanya, sehingga Waskito melakukan
perbuatan nekat.
Bu Suci memberikan janji jika Waskito naik
kelas nanti, Bu Suci akan mengajaknya berlibur memancing di Purwodadi.
Tanggapan Waskito menjadi senang dan tersenyum.Sepulang sekolah hari itu,
Waskito tinggal hingga sore di rumah Bu Suci. Perilaku yang kesehariannya
jahil, berubah saat ia dengan lembut membelai seekor kucing. Bu Suci mengucap
syukur kepada Tuhan, telah dipertemukan oleh hati Waskito. Hubungan antara
Waskito dan suami Bu Suci pun, juga hangat. Terlihat mereka santai bersama.
Kepala Sekolah
mengetahui kemajuan yang diraih oleh Waskito. Kenyataan yang menunjukkan bahwa
Waskito memang berubah.Tapi, peristiwa yang mencengangkan terjadi.
Secara tak diharapkan,
Waskito mengamuk lagi. Ia membanting dan menginjak pot-pot berisi tanaman hias,
lalu segera ggggkeluar kelas.Keadaan kelas yang masih berantakan oleh pot-pot
tersebut, Bu Suci membiarkan dan meneruskan pelajaran. Hingga istirahat Waskito
belum kembali. Bu Suci mencari perginya Waskito.
Nampak Waskito duduk di
pinggir selokan.Langkah awal menyikapi murid yang sedang emosi, haruslah
perlahan. Bu Suci bertanya apa sebab Waskito melakukan perbuatan itu. Alasan
Waskito membantingi kaleng-kaleng itu, sebab dia diejek oleh teman-temannya.
Ejekan kawan-kawan tertuju pada tanaman Waskito yang kurang subur, lamban
pertumbuhannya dibanding tunas lain. Waskito mengakui jika tanaman yang
dirawatnya memang kurang subur. Bu Suci kemudian memberi semangat kepada
Waskito untuk melakukan apa yang di bisa.Sejak hari itu, hubungan Bu Suci dan
Waskito menjadi lebih dekat.Tak terasa waktu berjalan, penerimaan rapor. Nilai
yang tercantum dalam rapornya juga normal. Bu Suci menepati janji, Ia mengajak
Waskito berlibur ke Purwodadi. Di sana, Waskito memancing sepuasnya.
Akhirnya, Waskito naik
kelas. Bu De sebagai wali murid hadir di sekolah untuk mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Sekolah, guru, dan Bu Suci pribadi atas kebaikan mereka sehingga
Waskito berubah menjadi anak yang lebih baik.